BEST PRACTICE NOOR AINI (PPG DALAM JABATAN 2022) UNIVERSITAS NEGERI PADANG

 

Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode Star (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak)

Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Peserta didik Dalam Pembelajaran

 

Lokasi

SMP Muhammadiyah 1 Kalasan

Lingkup Pendidikan

Sekolah Menengah Pertama

Tujuan yang ingin dicapai

Meningkat keaktifan peserta didik dalam belajar

Penulis

Noor Aini, S.Pd.

Tanggal

PPL aksi ke-1 : 30 Agustus 2022

PPL aksi ke-2 : 14 September 2022

Situasi:

Kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini.

 

Kondisi yang menjadi latar belakang masalah adalah :

-   Keaktifan peserta didik dalam pembelajaran belum maksimal.

-   Rendahnya minat literasi (membaca dan menulis) pada peserta didik.

-   Desain pembelajaran guru yang kurang inovatif.

 

Praktik ini penting untuk dibagikan karena dapat menimbulkan dampak yang sangat besar dan luar biasa dalam proses pembelajaran yaitu:

-   Dengan menerapkan model dan metode pembelajaran yang bervariasi, peserta didik sangat antusias dalam mengikuti proses pembelajaran mulai dari pendahuluan, inti, simpulan dan sampai dengan refleksi serta penutup.

-   Model dan metode pembembelajaran lebih bervariasi.

-   Media dan Alat/Bahan Pembelajaran lebih inovatif dan tidak monoton sehingga menarik perhatian peserta didik/tidak membosankan.

-   Proses bembelajaran lebih tersetruktur.

-   Pembelajaran berpusat pada peserta didik.

-   Saat proses pembelajaran berlangsung peserta didik lebih fokus.

-   Pembelajaran lebih menarik.

-   Tercapainya tujuan pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan.

 

Yang menjadi peran tanggung jawab saya dalam

praktik ini yaitu:

-   Memperoleh bimbingan dalam proses penyusunan rencana pembelajaran PPL aksi 1 dan 2.

-   Saya berdiskusi dan mempresentasikan hasil penyusunan rencana pembelajaran PPL aksi 1 dan 2 bersama dosen, guru pamong, dan teman-teman mahasiswa PPG.

-   Melakukan revisi perbaikan rencana pembelajaran PPL aksi 1 dan 2 berdasarkan sharing dari hasil diskusi dan presentasi yang sudah dilakukan.

-   Mengunggah perangkat pembelajaran PPL aksi ke-1 dan ke-2 di LMS.

-   Melaksanakan PPL Aksi Ke-1 dan ke-2 berdasarkan perangkat pembelajaran ke-1 dan ke-2.

-   Mendokumentasikan dalam bentuk video proses pelaksanaan PPL Aksi ke-1 dan ke-2.

-   Mengunggah video tanpa editing (original) pada LMS.

-   Mengunggah video yang sudah di edit durasi 15 menit pada LMS.

-   Melakukan refleksi kegiatan yang sudah dilaksanakan.

Tantangan :

Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut? Siapa saja yang terlibat,

 

Yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan yaitu:

-   Terbatasnya sarana dan prasarana di sekolah.

-   Pemilihan dan penggunaan Media pembelajaran yang belum tepat dan menarik bagi peserta didik.

-   Kesiapan perserta didik dalam proses pembelajaran.

-   Kemampuan peserta didik dalam memahami materi

yang disajikan.

-   Keaktifan peserta didik dalam pembelajaran mandiri

atau kelompok saat proses pembelajaran.

 

Yang terlibat pada PPL Aksi Ke-1 yaitu :

-   Peserta didik kelas VIII sebagai sentral dalam proses pembelajaran Matematika tentang Relasi.

-   Guru sebagai fasilitator.

-   Dosen dan guru pamong sebagai pembimbing dalam

proses melaksanakan pembelajaran PPL Aksi Ke-1.

-   Rekan sejawat yang membantu terlaksananya kegiatan ini.

 

Yang terlibat pada PPL Aksi Ke-2 yaitu :

-   Peserta didik kelas IX sebagai sentral dalam proses pembelajaran Matematika tentang Transformasi-Refleksi (Pencerminan).

-   Guru sebagai fasilitator.

-   Dosen dan guru pamong sebagai pembimbing dalam

proses melaksanakan pembelajaran PPL Aksi Ke-2.

-   Rekan sejawat yang membantu terlaksananya kegiatan ini.

Aksi :

Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut/ strategi apa yang digunakan/ bagaimana prosesnya, siapa saja yang terlibat / Apa saja sumber daya atau materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi ini

 

Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut :

-   Mempersiapkan fasilitas yang dibutuhkan.

-   Pemilihan & Penggunaan Media

-   Strategi yang dilakukan adalah memilih media pembelajaran yang tepat dan menarik juga sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik, yaitu disini saya menggunakan Slide PPT.

-   Proses pembuatan media PPT: gambar dan tulisannya harus jelas,singkat dan mudah dimengerti, serta tampilan yang menarik untuk dibaca.

-   Sumber daya atau materi yang diperlukan adalah kemampuan guru dalam mengoprasikan alat-alat seperti laptop, LCD, jaringan internet dan pembuatan PPT serta penggunaannya.

-   Mendapatkan dukungan dari Kepala Sekolah.

-   Membutuhkan kerja sama antara peserta didik dan teman sejawat yang membantu pada saat pengambilan video.

 

Refleksi Hasil dan dampak

Bagaimana dampak dari aksi dari Langkah-langkah yang dilakukan? Apakah hasilnya efektif? Atau tidak efektif? Mengapa? Bagaimana respon orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan, Apa yang menjadi faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan? Apa pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut

 

Dampak dari aksi dan Langkah-langkah yang dilakukan yaitu :

-   Penggunaan presentasi slide PPT sangat membantu pemahaman peserta didik terkait materi yang diajarkan.

-   Pemilihan Model & Metode sangat efektif, dilihat dari keaktifan peserta didik melakukan setiap kegiatan pembelajaran, peserta didik mampu memberikan tanggapan dan jawaban di setiap diskusi kelompok.

-   Semua dapat dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

-   Tercapainya kegiatan sesuai dengan harapan.

 

Apakah hasilnya efektif Atau tidak efektif? Mengapa?

-   Hasilnya sangat efektif, karena peserta didik sangat antusias saat proses pembelajaran berlangsung, mulai dari pendahuluan hingga proses pembelajaran selesai.

 

Bagaimana respon orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan:

-   Respon kepala sekolah sangat positif dan mendukung penuh atas kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

-   Rekan sejawat sangat positif dan antusias, sehingga mereka juga ingin melaksanakan model pembelajaran yang telah saya laksanakan. Karena berdampak besar terhadap keaktifan belajar peserta didik.

 

Yang menjadi faktor keberhasilan yaitu :

-   Dukungan kepala sekolah dan rekan sejawat yang turut membantu mempersiapkan alat dalam proses perekaman kegiatan pembelajaran.

-   Situasi dan kondisi sangat mendukung terlaksananya kegiatan PPL Aksi Ke-1 dan Ke-2.

-   Dapat mengantisipasi atau mengatasi tantangan yang dihadapi sebelum hari pelaksanaan PPL Aksi ke-1dan 2.

-   Berusaha melaksanakan semaksimal mungkin apa yang telah direncanakan.

 

Ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan?

-   Pengambilan video pada saat pelaksanaan proses pembelajaran PPL Aksi Ke-1 belum optimal karena keterbatasan alat bantu tripod kamera sehingga hasil rekaman video belum maksimal. Selain itu, hasil rekaman Zoom juga tidak ada suaranya.

 

Apa pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut :

-   Untuk melaksanakan proses pembelajaran sehari-hari lebih tertib dan terstruktur.

-   Peserta didik lebih tertarik dan fokus.

-   Pembelajaran lebih bervariasi.

-   Pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan.

-   Media dan alat/bahan pembelajaran lebih inovatif.

 

 

LANGKAH SEMANGAT MAGANG

Oleh: Noor Aini 
 
Menjadi seorang mahasiswa adalah suatu perjuangan. Termasuk di dalamnya adalah perjuangan mencucurkan keringat untuk melangkah dan bergerak di tempat magang. Aku beserta teman-teman satu angkatan melanjutkan kisah kami yang belum lama keluar dari zona nyaman semester 1, untuk mengambil sebuah mata kuliah pilihan yang menurut kami cukup menantang, mata kuliah Magang. Pada mata kuliah ini, kami diberikan kebebasan untuk memilih tempat magang yang sesuai dengan selera kami masing-masing dengan syarat satu universitas maksimal untuk dua mahasiswa. Sementara tugas kami ke depan selama magang adalah untuk menjadi seorang asisten dosen. Hari demi hari berganti, kamipun telah mantap dengan lokasi magang yang akan dituju. Senyuman riang nan tenang terukir di wajah teman-temanku kala itu. Tentu saja, karena mereka berhasil menduduki Prodi Pendidikan Matematika yang memang sesuai pada bidangnya di kampus magang mereka. Namun, berbeda halnya denganku dan satu kawanku yang justru begitu bersyukur karena telah mengambil Prodi Guru Madrasah Ibtidaiyah di Universitas Negeri Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta.

LANGKAH SEMANGAT PERTAMA
Setelah beberapa hari penerjunan, akhirnya aku dan temanku tinggal menyesuaikan jadwal mata kuliah yang serumpun dengan bidang kami. Hari Selasa terjadwal mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan yang rencana akan aku ambil sebagai observasi awal dalam magang ini. Komunikasi kesepakatan dengan Kepala Prodi dan dosen pengampu yang bersangkutan sudah terjalin dan sudah dipastikan bahwa dosen pengampu mata kuliah tersebut akan masuk di hari Selasa pukul 08.45. Namun, di hari itu pula aku mempunyai target lain yaitu mengambil Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) di Polres Klaten sebagai syarat pengajuan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Cukup berat kupikirkan saat itu karena dua tempat tersebut letaknya bagaikan di kutub utara dan kutub selatan, sementara waktu yang harus kutempuh begitu sempit.
Tidak ambil lama untuk berpikir, akupun memutuskan untuk pergi ke Polres terlebih dahulu. Pukul 07.00, aku sudah sampai di Polres, tetapi belum dibuka. Sebuah keranjang kotak disediakan di depan loket untuk pengumpulan berkas bukti-buktinya. Aku memasukkan berkasku di keranjang tersebut dan sudah cukup banyak berkas-berkas yang berada di bawahku. Dimungkinkan antrianku akan cukup lama. Apakah waktunya akan cukup, batinku resah dengan tangan yang masih memegang berkas di atas keranjang. Dengan bekal nekat, akupun melepaskan berkasku dan berharap bisa mencapai target waktu yang sudah kurencanakan. Pukul 07.30, kegelisahanku mulai berkecamuk  karena pintu loket belum saja dibuka, sementara waktu terus berjalan dan semakin sempit. Namun beberapa detik kemudian, suara kunci pintu loket terdengar, yang sekaligus mengubah kekhawatiranku menjadi semangat untuk mengantri. Seorang petugas loket mengambil seluruh berkas dari dalam keranjang dan memanggil satu per satu sesuai antrian berkas. Tiba namaku dipanggil, aku begitu lega. Akhirnya, aku bisa mengambil SKCK-ku jam 8 kurang beberapa menit saja, walaupun targetnya maksimal jam 8 aku harus keluar. Tetapi, sesuatu yang diucapkan petugas loket harus membuatku berpikir kembali.
“Mbak, maaf untuk pengambilan SKCK bukan di sini. Coba di lobi sana,” ucap petugas tersebut.
Akupun menghela napas seraya mengambil berkasku dari tangan petugas tersebut.
Namun, hal itu tidak membuatku putus harapan. Walaupun jam sudah menunjukkan pukul 8 lebih beberapa detik, aku mencoba untuk mencari lobi tersebut. Dan Alhamdulillah, setelah beberapa kali bertanya dan merayu petugas, akhirnya aku berhasil mendapatkannya dengan waktu menunjukkan sekitar pukul 08.10. Entah kenapa rasanya selama di kantor Polres, aku selalu mengamati jam tanganku.
Keluar dari parkiran pukul 08.15, mulailah menjadi seorang pembalap. Dengan jarak tempuh sekitar 30 km dengan waktu 30 menit, aku harus bisa sampai di kelas Metodologi Penelitian Pendidikan. Namun apa daya, aku pun terjebak macet. Aku hanya bisa fokus pada jalanan sambil menghela napas berkali-kali. Tidak sanggup kupikirkan lagi tentang cara aku bisa sampai tepat waktu karena sudah pasti aku terlambat. Akupun hanya pasrah dan menikmati kemacetan tersebut.
Pukul 09.10, aku sampai di depan kelas dengan napas yang masih terengah-engah karena harus berjalan cepat dari parkiran dan melewati tangga untuk bisa sampai ke lantai empat. Kubuka pelan pintu kelas tersebut sambil siap-siap menahan malu atas keterlambatanku. Ketika suasana seluruh ruang kelas mulai tampak di mata, lagi-lagi aku harus menghela napas. Aku begitu kaget ketika banyak kursi di ruang tersebut yang tidak satu pun diduduki. Di manakah orang-orang, apa aku salah kelas, pikirku. Sambil mengeluarkan handphone, akupun memastikan kembali no. ruang kelasnya dari kiriman WA (WhatsApp) dan memang benar di tempat itu.  Karena bingung, maka akhirnya aku menghubungi Kepala Prodi. Beruntung saat itu langsung direspon dengan cepat. Beliau pun berusaha menghubungi dosen pengampu tersebut.
Beberapa menit setelahnya, terdengar suara dering pesan WA masuk. Kubuka dan kubaca pesan dari Kepala Prodi yang intinya pada saat itu perkuliahan Metodologi Penelitian pendidikan diliburkan karena dosen yang bersangkutan sedang ada acara mendadak. Kepala Prodi kemudian meminta maaf atas hal itu. Merasakan permintaan maaf tersebut, justru aku yang malah tidak enak terhadap beliau. Beliau begitu baik dan perhatian terhadapku. Aku pun membalas kalau tidak mempermasalahkan hal tersebut dengan ikon smile sebagai tanda kalau aku santai dan menikmati perjuangan itu. Untuk menghilangkan rasa bersalah itu, aku juga mencari alasan bahwa aku tidak sia-sia datang ke sana dengan mengecek kembali jadwal di hari Selasa. Beruntung dan memang sungguh beruntung, aku masih punya kesempatan untuk masuk di kelas lain dengan mata kuliah yang sama Metodologi Penelitian pendidikan, namun dengan dosen pengampu yang berbeda, pukul 10.30 nanti. Alasan itulah yang kemudian kugunakan untuk menenteramkan hati sang Kepala Prodi. Beliaupun kembali sigap untuk menghubungi dosen tersebut, begitu pula denganku yang juga ikut segera menghubunginya. Akhirnya dosen pengampu mata kuliah tersebut yang kemudian resmi menjadi dosen pembimbing magangku, mengizinkanku untuk masuk di kelasnya hari itu. Aku sangat lega mengetahui hal itu dan baru bisa mengingat untuk mengambil beberapa teguk air dari botol minuman yang kubawa dari rumah sembari menunggu waktu yang telah ditentukan.
Menit demi menit berganti.
Setengah jam sebelum kelas dimulai, terdengar kembali suara dering pesan WA masuk. Kurogoh tasku dengan segera barangkali itu pesan dari dosen pembimbing. Dan benar, nama beliau menjadi salah satu berkode lingkar hijau dari daftar chats  di WA-ku. Aku mengerutkan kening ketika sekilas membaca ada kata kunci “terlambat” di dalam pesannya. Dengan jari jempol kananku, aku menyentuh nama beliau.

Hari ini saya agak terlambat. Silakan bisa diisi dengan perkenalan dan materi awal dulu.

Hatiku sedikit tersentak dan pikiranku menjadi keruh. Aku menghela napas kembali untuk bisa tetap tenang sambil mencoba memikirkan materi seperti apa yang harus kusampaikan pada mahasiswa-mahasiswa yang tersaring melalui jalur SNMPTN tersebut. Jalan pikiran mereka pastilah lebih tajam, terlebih aku tidak mempunyai persiapan sama sekali mengenai mata kuliah itu karena niat di awal pertemuan hanya untuk observasi, bisa-bisa aku yang akan terkena demam panggung. Kurang setengah jam lagi, apa yang harus kulakukan. Kebingungan dan keresahan melandaku waktu itu. Tapi apa boleh buat, dengan modal percaya diri, akupun memberanikan diri untuk memasuki panggung perkuliahan.
Langkah kakiku telah mendekati pintu kelas. Sesaat setelah sampai di depan pintu, aku menghentikan langkah dengan sedikit mengintip isi ruangan kelas tersebut. Semua mahasiswa telah berkumpul dan siap untuk belajar. Aku mengambil napas dalam-dalam, lalu melangkah untuk tampil di hadapan mereka. Ketika aku masuk kelas dan menaruh tasku di bawah kaki meja dosen, suasana langsung menjadi hening. Suara gurauan mereka yang awalnya terdengar dari depan pintu seketika menjadi sunyi dengan tatapan mata penasaran mereka yang mengarah padaku.
“Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,” salamku pada mereka semua, sekaligus untuk memecah suasana.
“Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh,” sahut mereka dengan kompak.
“Ibu, dosen baru ya di sini?” tanya seorang mahasiswi yang mungkin sudah tidak tahan dengan rasa keingintahuannya.
Aku tersenyum tipis mengawali balasan, lalu menyampaikan nama, asal, dan tugasku selama di kelas itu. Tidak sedikit pula dari mereka yang bertanya hal lain tentang diriku. Aku pun menjawabnya dengan senyum ramah dan memberi sedikit gurauan. Terlihat dari pandangan awal, mereka begitu seru dan kompak. Berhadapan dengan mereka ternyata tidak jauh berbeda ketika menghadapi murid-murid di sekolah tempat aku mengajar. Akupun mulai merasa nyaman dengan suasana kelas.
Setelah perkenalan dirasa cukup, aku mulai menyampaikan materi sebatas apa yang pernah aku terima selama diperkuliahanku dulu. Mereka semua begitu antusias mengikuti perkuliahan yang kusampaikan. Di sela-sela keseriusan mereka, aku mencoba mencari tahu tugas seperti apa yang telah mereka dapatkan dari dosen pembimbing. Mereka menjawab kalau mereka mempunyai tugas individu untuk membuat outline serta tugas kelompok untuk membuat makalah dan presentasi. Akupun menawarkan diri kepada mereka untuk boleh menanyakan tugas-tugas mereka tersebut melalui WA grup yang kebetulan pada saat itu nomerku langsung dimasukkan ke dalam grup kelas mereka.
Lima belas menit sebelum perkuliahan berakhir, dosen pembimbingku akhirnya datang. Posisi kursi depan, dekat papan tulis kembali diduduki oleh beliau. Beliau menyampaikan permohonan maafnya kepada para mahasiswa atas keterlambatannya karena ada acara penting yang tidak bisa ditinggalkan. Beliau juga kembali memperkenalkanku secara singkat di hadapan mahasiswa dengan tugasku nantinya adalah mendampingi presentasi kelompok mereka setiap hari Selasa.
Perkuliahanpun berakhir. Aku langsung berpamitan kepada dosen pembimbing setelah beberapa saat menyerahkan berkas-berkas format lampiran selama magang bersama beliau nantinya. Dalam perjalanan ke kampus halaman, justru pikiranku dibingungkan dengan tugas magangku ke depan. Jika setiap pertemuan aku hanya mendampingi mahasiswa presentasi, itu artinya aku tidak mengajarkan materi secara langsung pada mereka. Aku hanya akan mengamati mereka saja. Lalu, bagaimana aku bisa mendapatkan nilai magang yang maksimal jika aku tidak mengajar di kelas. Kebingungan itu yang kemudian membuatku melangkah menuju dosen pengampu mata kuliah Magang untuk memperoleh bimbingan dari beliau.

LANGKAH SEMANGAT KEDUA
Pukul 10.10, aku sudah sampai berada di dalam kelas. Kali ini langkahku menuju kampus magang tidak sesulit pertemuan sebelumnya. Selang 20 menit sebelum kuliah dimulai, aku menyempatkan diri untuk membaca buku referensi mengenai materi yang akan dipresentasikan oleh kelompok pertama, yaitu tentang  Penelitian Kualitatif. Aku merasa lebih siap untuk mendampingi mereka, terlebih setelah mendapatkan bimbingan dari dosen pengampu mata kuliah Magang mengenai teknik-teknik yang tepat apabila pembelajaran di dalam kelas dilakukan dengan presentasi. Beliau mengatakan untuk pembelajaran setingkat mahasiswa memang lebih efektif melalui kegiatan presentasi apalagi mata kuliah tersebut berisi teori-teori, sehingga diharapkan dengan presentasi maka pembelajaran di kelas akan lebih hidup dengan berbagai pertanyaan dan diskusi bersama.
Waktu menunjukkan sekitar jam sepuluh lewat empat puluh lima menit, presentasipun dimulai. Posisi dudukku langsung menyesuaikan seperti peserta mahasiswa yang lain, sehingga aku bisa mengamati kelompok presentasi dengan lebih nyaman. Setelah kelompok tersebut menyampaikan hasil presentasinya, tibalah sesi tanya jawab. Pada sesi tersebut, banyak pertanyaan yang terlontar dari para peserta, lalu kelompok yang di depan pun dengan cepat menjawabnya. Suasana pembelajaran benar-benar menjadi seru, bahkan sempat terjadi perdebatan karena kesalahpahaman yang disampaikan kelompok pertama dengan pertanyaan yang diberikan oleh seorang peserta. Saat itulah, aku mulai beraksi menjembatani kesalahpahaman tersebut dan akhirnya kedua belah pihak berhasil diluruskan. Suatu kebanggaan untuk yang pertama kalinya ketika aku bisa menjelaskan pada mereka tingkat mahasiswa, hingga bisa memahami penjelasanku.
Setelah kegiatan presentasi selesai, aku berdiri di hadapan mahasiswa untuk menyampaikan hal-hal yang perlu mendapat penekanan pada materi yang baru saja disampaikan oleh kelompok pertama. Tidak terlalu banyak yang harus kujelaskan dalam tahapan itu karena mereka sudah cukup paham ketika dalam sesi tanya jawab. Waktu masih tersisa sekitar setengah jam. Kumanfaatkan waktu tersebut untuk menjelaskan tentang macam variabel dan pengertian hipotesis. Setelah jam perkuliahan berakhir, dosen pembimbing yang sejak awal mengamati aksiku selama pembelajaran memberikan komentar bahwa penyampaian sudah bagus dan mampu menghidupkan suasana kelas, mungkin bisa ditingkatkan dengan model pembelajaran yang lain. Aku sangat bahagia mendengarnya, namun lagi-lagi aku harus memikirkan tentang rencana pembelajaran yang berbeda untuk pertemuan selanjutnya. Tidak masalah.

LANGKAH SEMANGAT KETIGA
Hari itu merupakan minggu ke-3 sejak awal perkenalan pertama bersama para mahasiswa. Pertemuan yang memberikan semangat belajar yang luar biasa di dalam kelas. Seperti biasa, pembelajaran dimulai dengan memberi salam dan sedikit kata motivasi kepada mereka. Ketika mengatakan bahwa hari itu kita akan melakukan klinik terhadap tugas outline, mereka begitu kegirangan, tersenyum lebar, sambil menekuk siku dan mengepalkan kedua tangan. Ada yang mengatakan kalau presentasinya sebentar saja agar kegiatan klinik mempunyai waktu yang cukup lama. Ada juga yang mengatakan kalau tidak usah presentasi dan langsung saja pada kegiatan kliniknya. Untuk mahasiswa semester 5 seperti mereka, karakter semangat belajarnya tidak kalah dengan mahasiswa tingkat atas. Respon mereka membuatku tahu bahwa sebenarnya mereka sangat membutuhkan bimbingan untuk tugas outline.
Namun, ketika aku menanyakan sesuatu pada mereka.
“Sudah sampai mana kalian mengerjakan outline-nya?”
“Belum,” jawab beberapa dari mereka kompak, “Masih bingung cara buatnya. Sudah dicicil, tapi gak tahu benar salahnya.”
“Oya, berarti nanti coba satu sampel untuk ditampilkan ya. Nanti kita koreksi bersama.”
Seketika beberapa dari mereka langsung mengajukan diri untuk dijadikan sampel pengkoreksian dan justru aku yang merasa kebingungan untuk memilih. Maka, kuputuskan untuk melakukan pilihan nanti setelah kegiatan presentasi selesai.
Presentasi dari kelompok dua berlangsung. Pertemuan di hari itu membahas tentang masalah dan tujuan penelitian kualitatif, struktur dan prosedur penelitian kualitatif. Pada tahap sesi tanya jawab, kubatasi sampai tiga pertanyaan saja, mengingat akan ada klinik setelahnya. Setelah kegiatan presentasi berakhir, segera kubuka laptop mungilku kemudian kupasangkan kabel LCD padanya untuk menampilkan salah satu hasil pekerjaan outline mahasiswa. Aku kembali menawarkan pada siapa yang pekerjaan yang akan ditampilkan. Semangat mereka ternyata masih belum luntur. Justru semakin banyak yang mengajukan diri. Lalu, kuputuskan untuk memilih hasil pekerjaan sang Ketua Kelas atau yang sering kupanggil Dek Ucup. Dengan wajah datar, tenang, dan tampak berwibawa, Dek Ucup melangkah menghampiriku. Semua teman-temannya langsung menyorakinya dengan hangat. Bagiku, Dek Ucup terlihat menggemaskan dengan gayanya itu. Santai, tidak banyak bicara, namun ketika suaranya keluar memiliki makna.
Flasdisk-nya telah berada dalam genggaman tanganku, yang kemudian langsung kutancapkan di laptop. Tampilan hasil karya sang Ketua Kelas terpampang di layar kain putih dan siap untuk diberikan komentar bersama. Sejak awal pembahasan dalam pembelajaran klinik, semua mahasiswa banyak yang bertanya. Mereka benar-benar antusias, bahkan tidak hanya bersumber dari contoh outline yang ditampilkan, tetapi komentar atau pertanyaan juga berasal dari hasil karya yang mereka buat sendiri. Artinya dalam pembelajaran ini, satu contoh hasil karya bisa mewakili kebenaran atau kesalahan yang sama pada hasil karya semua peserta. Waktu tak terasa sudah kelewat habis. Sebenarnya mereka masih ingin sekali melanjutkan pembelajarannya, tetapi karena beberapa menit lagi kebetulan aku ada jadwal kuliah juga, maka dengan berat hati kami tutup pertemuan tersebut dengan salam. Hasil dari kegiatan klinik nantinya aku kirim lewat WA grup kelas dan lagi-lagi mereka begitu senang mendengarnya.


LANGKAH SEMANGAT KEEMPAT
Aku kembali hadir di hadapan mahasiswa kelas B ini. Kegiatan presentasi menjadi kegiatan wajib pada setiap pertemuanku. Hari itu, materi yang disampaikan oleh kelompok yaitu mengenai Penelitian Kuantitatif : Survey, Eksperimen, dan Korelasi. Pada sesi tanya jawab, mereka saling melempar banyak pertanyaan. Presentasi selesai, kuberikan hal-hal yang kujadikan penekanan pada materi tersebut. Kemudian, aku menginstruksikan sesuatu yang seketika membuat wajah mereka berubah.
“Sekarang, silakan tutup semua bukunya!”
“Wah, mbak. Mau ngapain?” tanya seorang mahasiswa tegang.
“Yang penting tutup semua buku dan catatannya dulu,” kataku lembut seraya tersenyum pada mereka, mencoba mengisyaratkan bahwa kegiatan tidak setegang yang mereka pikirkan.
Setelah semua buku ditutup atau dimasukkan ke dalam tas, aku membuka sebuah file dari laptop yang sudah kupersiapkan ketika presentasi berakhir untuk diperlihatkan ke layar LCD. Dua soal tersaji dalam powerpoint yang ber-background merah. Aku meminta mahasiswa untuk mengerjakan soal tersebut sesuai dengan pengalaman belajar yang mereka peroleh selama perkuliahan menggunakan kata-kata mereka sendiri. Dalam waktu setengah jam, mereka selesai mengerjakan soal tersebut di atas satu lembar kertas folio bergaris yang sebelumnya kubagikan, yang kemudian hasil pekerjaan mereka dikumpulkan.

LANGKAH SEMANGAT KELIMA
Hari terakhir pertemuan magangku setelah dua minggu terhenti karena selama masa itu di kampus magang ada kegiatan yang memang meniadakan perkuliahan. Kegiatan pembelajaran di dalam kelas dilakukan seperti biasa melalui presentasi. Namun, presentasi kali ini mendapatkan sedikit kendala karena pemadaman listrik, sehingga mau tidak mau presentasi dilakukan dengan ceramah tanpa tampilan powerpoint.
 
Gambar 1. Kegiatan Presentasi saat Listrik Padam

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama presentasi tersebut, mengindikasikan perhatian peserta mahasiswa terhadap materi yang disampaikan kelompok, kurang. Mereka lebih banyak ngobrol sendiri, merenung, atau menyibukkan diri mereka sendiri. Mungkin karena tidak ada tampilan di LCD, sehingga tidak ada daya tarik mereka untuk memperhatikan. Dengan kata lain, presentasi lebih seperti mendongengkan mereka. Bahkan pada sesi tanya jawab, hanya dua mahasiswa saja yang bertanya dan jawaban dari pertanyaan mereka pun sebenarnya sudah disampaikan saat kelompok tersebut mempresentasikan materi pengertian Penelitian R&D dan model-model penelitian R&D di hari itu.
Setelah selesai, aku kembali berdiri ke depan untuk melakukan refleksi terhadap kegiatan yang baru saja dilakukan. Ketika terjadi kendala dadakan sehingga tidak bisa memanfaatkan LCD, maka perlu bagi seorang presenter untuk memanfaatkan media yang lain, seperti papan tulis yang bisa digunakan sebagai pengganti powerpoint yaitu dengan menerangkan sambil membuat catatan-catatan inti di papan tulis. Dengan demikian, peserta akan memiliki arah atau gambaran dari materi yang sebenarnya ingin disampaikan, jelasku. Namun, aku tetap memberikan jempol pada mereka atas sikap yang mereka ambil. Mereka tidak mengeluh dan tetap lanjut untuk presentasi, walaupun keadaannya demikian.
Mengingat kejadian itu, maka langsung terlintas di pikiranku untuk meminta mahasiswa mengeluarkan selembar kertas dan menuliskan kegiatan pembelajaran seperti apa yang menurut mereka menyenangkan, tetapi bermakna. Dengan segera, merekapun menuliskannya secara detail, lalu dikumpulkan. Waktu telah usai, aku berpamitan pada mereka dan diakhiri dengan sesi foto-foto di dalam kelas.

LANGKAH SEMANGAT VIA WHATSAPP
Ternyata semangat ingin tahu mahasiswa tidak hanya saat pembelajaran di dalam kelas. Semenjak kami dipertemukan di awal jumpa, banyak mahasiswa yang bergantian tanya atau diskusi bersama lewat WA. Mereka menanyakan tentang materi yang akan disampaikan kelompok mereka sebelum presentasi, bahkan mengenai tugas outline dengan topik mereka yang berbeda-beda, sehingga aku harus mencari referensi untuk mereka yang berbeda-beda pula. Namun di balik penyerbuan pertanyaan-pertanyaan mereka yang cukup kritis, jawaban yang kuberikan tentu tidak terlepas atas bantuan dari dosen pengampu mata kuliah Magang-ku. Ketika aku merasa kesulitan atas pertanyaan mereka dan kucari lewat referensi cetak, online, ataupun teman yang justru membuatku semakin bingung, beliau yang langsung kujadikan tempat diskusi. Terimakasih kuucapkan kepada beliau yang selalu membimbing dan memotivasi kami.

Tujuh hari setelah berpamitan di kelas, aku dan temanku magang satu universitas akhirnya kembali berada di kantor Kepala Prodi untuk melakukan acara penarikan. Namun, jauh dari perkiraan sebelumnya. Ketika memasuki ruangan, kami langsung disambut hangat oleh Kepala Prodi, terlebih pada dosen pengampu mata kuliah Magang yang ikut mendampingi kami, beliau langsung diserbu dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kejurnalan. Tidak ingin ilmunya hanya diketahui sendiri, Kepala Prodi langsung memanggil beberapa dosen yang lain untuk ikut meramaikan acara penarikan tersebut. Kami begitu sangat bahagia ketika melihat dosen-dosen di ruangan tersebut kegirangan mendapatkan ilmu yang diperoleh dari dosen pengampu mata kuliah Magang kami. Bahkan, acara penarikan tersebut terasa akrab dan meriah, sampai-sampai tidak terasa kalau waktu sudah menunjukkan jam setengah dua belas dari jam sepuluh. Begitulah yang membuat kami senang karena sudah magang di Prodi Guru Madrasah Ibtidaiyah di Universitas Negeri Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dosen dan mahasiswa yang kami kira harus bersikap seformal mungkin, ternyata mereka sangat ramah dan penuh keceriaan. Banyak ilmu yang telah kami peroleh selama magang.